Ketik di sini

Kamis, 06 Oktober 2011

Memori Siang




bukannya telah aku singgahkan pada pematangmu, kasih
tentang nyalang jingga matahari pada suatu siang yang menyamun sepi
dan engkau lebih banyak tertawa pasa seekor burung pipit yang memakan bulir-bulir padi tiada isi
“ah, panas yang menjemukan!” desahmu pada pohon kopi yang tak lagi berbuahkan senyum lipstick merah, tanpa gairah.

di tepian pematang tanpa gubuk kita menyemadikan sepoi tenggara
bertanyalah pada terik yang mencabik, kasih.
kemana kita singgah di sepanjang perjalanan ini?
“aku tak tahu kemana kita singgah”
hanyaitu. ya, hanya itu yang terlontar dari bibirmu

terik telah mengantarkan kita pada percumbuan remang, di bawah jembatan layang
udara menguapkan sajak-sajak bisu di sepanjang altar percumbuan siang
dan. tiba-tiba gairahmu meletup, syahwat meledak
saat kita singgahi kembali kembara usia kita yang sepi
kita tak lagi berdiri di pematang, kasih
kita berdiri di sini; di jalan raya.

15/7/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar